Blog Kuliner & Perjalanan Marga

Cerita Tentang Open Trip ke Banda Neira 5D4N (Itinerary + Budget)

Hello!

Salah satu perjalanan paling memorable di tahun 2018 kemarin adalah Banda Neira. Ada yang udah pernah ke sini juga?

Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Banda, Maluku Tengah. Dulunya, Banda Neira ini jadi pusat perdagangan rempah-rempah, khususnya pala. Makanya, setiap warung di sini pasti nyediain menu pala, dalam bentuk minuman ataupun makanan.

Kalau lihat di peta, sekilas kelihatannya memang cuma tulisan “Laut Banda” doang. Kalau mau cari Kepulauan Banda dan Banda Neira, harus zoom in beberapa kali. Tapi, siapa sangka bahwa di kepulauan yang nggak terlalu besar ini tersimpan keindahan yang luar biasa!

Laut yang benar-benar jernih, pantai pasir putih lembut, pemandangan yang nggak bikin bosan, sunset yang indah banget, dan masih banyak lagi. Di blog post kali ini, aku mau cerita (banyak) tentang trip ke Banda Neira bulan November lalu. Silakan dibaca sampai habis~

Alasan Memilih Banda Neira

Trip ini direncanakan bareng dua orang teman kampusku, Arsy dan Icha, yang sedari dulu emang hobi jalan-jalan. Dari zaman kuliah sebenarnya selalu ingin ikut ngetrip sama mereka, tapi rezekinya baru ada di tahun 2018 ini ternyata, hahaha.

Menghbiskan waktu, main di pantai~
Kapan lagi bisa lihat air laut sejernih ini?

Destinasi Banda Neira ini sebenarnya agak impulsif, lagi browsing tentang open trip yang seru. Lalu nggak sengaja ketemu dengan Fun Adventure dan Banda Neira. Setelah tanya-tanya, ternayat harganya cocok. Sewaktu Googling juga kayaknya bagus tempatnya. Apalagi letaknya di Indonesia bagian timur, jadi urusan pantai sama laut, nggak usah diragukan lagi. Pasti bakal keren.

Jadi ya, alasannya sepele, “Kayaknya seru deh. Sesuai budget juga.”

Pembayaran buat trip ini dibagi beberapa kali, DP dan cicilan. Nggak terlalu memberatkan jadinya. Apalagi rencana trip ini udah ada dari sekitar bulan Juni. Lumayan, ada sekitar 5 bulan buat nabung. Kelewatan Lebaran pula, ada tambahan gaji THR. Hehehe.

Oh iya, sebelum mulai bayar DP, aku cerita soal trip Banda Neira ini pada temanku yang lain, Aris namanya. Kebetulan dia juga suka (banget) jalan-jalan, jadi ya udah sekalian ajak aja, karena tau 95% dia pasti mau ikutan. Ternyata beneran mau~

BACA JUGA:  Pengalaman Ikut Open Trip ke Pulau Peucang (3 Hari 2 Malam)

Itinerary Open Trip Banda Neira 5D4N

Akhirnya tiba juga hari keberangkatan trip, Jumat, 16 November 2018. Kami ambil flight malam dengan Garuda Indonesia menuju Ambon, karena meeting point-nya di situ. Penerbangan ini memakan waktu sekitar 5 jam (tapi rasa 7 jam karena ada perbedaan waktu), dengan transit satu kali di Makassar. Sebenarnya, berkat transit jadi dapat makan dua kali, lumayan banget!

Peta Kepulauan Banda

DAY 1 – 17 November 2018

Sesampainya di Ambon sekitar pukul 7 pagi, kami langsung bertemu dengan pihak Fun Adventure. Diantar ke mobil untuk menuju Pelabuhan Tulehu, Ambon. Kemudian, menyambung perjalanan dengan kapal Express Bahari tujuan Banda Neira.

Kapal berangkat tepat jam 9 pagi, kami duduk di kursi yang sesuai dengan tiket. Agak deg-degan saat itu, karena pelampung ada di tempat yang tertutup dan sulit dijangkau. Nggak lupa baca doa dulu sebelum berangkat, karena deg-degan banget bakal kenapa-kenapa, karena ngambil pelampung buat menyelamatkan diri bakal susah banget. Perjalanan menuju Banda Neira ini memakan waktu sekitar 7 jam.

30 menit lagi menuju Banda Neira~

Tanpa bantuan Antimo, aku sukses tidur sekitar 4 jam perjalanan. Bangun sebentar karena dapat makan siang dari pengelola trip, lalu lanjut tidur lagi. Baru bangun ketika Gunung Api-nya Banda Neira udah kelihatan setitik. Pemandangan saat itu benar-benar cuma laut yang biru. Nggak ada pulau lain yang terlihat selain Gunung Api.

Alhamdulillah, perjalanan menurutku lancar banget (karena sebagian besar tidur), tapi menurut yang lain sih sempat ada ombak besar banget. Cuaca bulan November emang udah agak berangin sih, tapi masih tetap cerah ceria.

Turun dari kapal, langsung kelihatan Gunung Api Banda
Kamar tidur di Bintang Laut Guest House, ada kamar mandi di dalam juga!

Kemudian, kami check in di penginapan Bintang Laut Guest House. Penginapan ini menghadap langsung laut dan Gunung Api Banda. Teras belakangnya bisa buat parkir kapal, jadi nggak perlu jalan jauh-jauh buat island hopping nanti~

Setelah beres-beres dan mandi, kami lanjut jalan-jalan keliling kota. Melihat bangunan-bangunan bersejarah di kota ini. Suasana kotanya tenang banget. Walau pulaunya nggak terlalu besar, di sini ada banyak yang punya kendaraan bermotor dan pom bensin. Dilanjut dengan makan malam di penginapan, semua sudah disiapkan dengan sangat baik.

Menu makanannya ala rumahan banget, lauknya ada ikan, ayam, dan sayur-sayuran. Kadang-kadang disediakan pudding juga sebagai pencuci mulut. Setelah kenyang makan, lanjut istirahat, karena tiga hari besok bakal berenang terus!

DAY 2 – 18 November 2018

Itinerary hari ini akan mengunjungi tiga pulau, semuanya untuk snorkeling pastinya. Berangkat dari Bintang Laut Guest House sekitar pukul 9 pagi. Sebelum berangkat, semua peserta trip dibagikan pelampung untuk keselamatan terlebih dahulu. Sekalian dipakai buat kalau nanti snorkeling juga.

Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Nailaka. Langsung jatuh cinta ketika kapal berhenti dan bisa lihat air lautnya. JERNIH BANGET! Dari atas aja bisa kelihatan jelas ke dasar lautnya.

Airnya jernih banget, kan?
Sejernih kolam renang!

In my opinion, sebenarnya bawah lautnya Pulau Nailaka ini biasa aja. Lumayan banyak ikan sih, tapi terumbu karangnya agak kurang. Hal yang paling priceless adalah kejernihan airnya dan keindahan pantainya. Sehabis capek snorkeling, aku, Icha, dan Arsy menepi ke pantai. Senang banget rasanya walau cuma duduk-duduk diterpa ombak di pinggir pantai. Apalagi sejauh mata memandang adalah laut yang sejernih ini.

Dilanjut dengan makan siang di pantai Pulau Nailaka, ditambah dengan permainan sulap dari tour guide lokal Banda Neira. Banyak ketawa-ketawanya, sampai capek rahang ini…

Kegiatan snorkeling dilanjut lagi di Pulau Run, yang letaknya cuma sekitar 5-10 menit dari Pulau Nailaka. Di sini spot snorkelingnya lebih bagus menurutku. Terumbu karang dan ikannya lebih banyak. Pemandangannya nggak sebening di Pulau Nailaka, karena spot snorkeling di sini agak lebih dalam. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Ai.

Jalan menuju dermaga Pulau Ai
Masjid di Pulau Ai

Lain dengan dua sebelumnya, Pulau Ai ini ada penduduknya. Kami jalan-jalan di perkampungannya sebentar, lalu lanjut berenang lagi. Di dekat Pulau Ai ini ada spot snorkeling. Bahkan di dekat pemukiman aja lautnya bersih banget, ada terumbu karang warna-warni yang lengkap sama ikannya!

Kami pulang sebelum matahari terbenam. Sampai lagi di Bintang Laut Guest House sekitar magrib. Dilanjut bersih-bersih, mandi, dan makan malam.

Setelah makan malam kami pergi jalan-jalan sebentar, menikmati suasana Banda Neira di malam hari. Di sini nggak terlalu ramai, tapi ada beberapa kafe yang bisa dikunjungi. Rata-rata semua menyajikan aneka hidangan pala. Mulai dari jus pala, teh pala, kopi pala, sampai dengan pancake pala. Menarik!

DAY 3 – 19 November 2018

Itinerary hari ini nggak jauh beda sama kemarin, snorkeling aja. Berangkat dari Bintang Laut Guest House sekitar pukul 9 pagi. Pulau pertama yang akan kami sambangi adalah Pulau Hatta. Untuk mencapai ke sana, bakal makan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

Satu hal yang berkesan tentang perjalanan ke Pulau Hatta ini adalah kami berpapasan dengan segerombol lumba-lumba. Beneran keren banget pokoknya!

Perairan Pulau Hatta yang jernih dan sepi
Siap-siap berenang di Pulau Hatta

Pulau Hatta ternyata ada penghuninya. Sebagian besar memang wisatawan, yang sengaja menginap di sini karena mau snorkeling atau diving. Iya, Pulau Hatta ini terkenal dengan eksotisme alam bawah lautnya. Listrik di sini hanya nyala sekitar 2 jam saja seharinya. Sinyal pun nihil. Jadi kegiatan di sini ya kalau nggak berenang, makan, ngobrol, baca buku, tidur.

Setelah persiapan sejenak, kami mulai terjun satu demi satu ke laut. Benar saja, lautnya jernih banget! Ada bagian yang hampir seperti palung, dari landai berpasir tiba-tiba biru gelap. Ngeri-ngeri sedap, tapi priceless, lah! Setelah makan siang, kami masih snorkeling di sekitar Pulau Hatta. Nggak kalah bagus dengan yang sebelumnya. Mungkin emang setiap sentimeter laut di sini, semuanya indah~

Bawah laut Pulau Hatta
Berenang sedikit dari pantai langsung palung
Yakin, nggak mau ke Banda Neira?

Kami melanjutkan perjalanan ke pulau lainnya yang terletak antara Pulau Hatta dan Banda Neira. Di sini gelombangnya agak besar, jadi buat snorkelingnya agak kurang puas, karena jadi cepat capek. Huhuhu.

Sebelum pulang, kami melipir dulu ke Pulau Sjahrir atau yang juga akrab disebut sebagai Pulau Pisang. Di pulau ini ada satu SD kecil, yang bangunannya dibagi menjadi dua. Satu untuk kelas 1-4, satunya lagi untuk kelas 5-6. SD ini usianya belum lama. Dulunya mereka harus melaut dulu menuju Pulau Banda Besar untuk menuntut ilmu. Di sinilah aku merasa ‘jleb’ banget. Dengan segala fasilitas yang tersedia di ibukota, aku masih aja ngeluh, kadang malah males sekolah…

Tanjung Seram
Meratapi nasib di Tanjung Seram

Anyway, kami melanjutkan perjalanan di Pulau Pisang ini menuju Tanjung Seram. Di sini bisa melihat dengan sangat jelas pemandangan Gunung Api Banda. Bagus banget, sampai nggak bisa berkata-kata. Kegiatan di sini cuma duduk-duduk aja, santai menikmati angin sambil ngobrol. Sesekali foto-foto juga~

Foto bareng peserta open trip Banda Neira

Setelah itu kami lanjut snorkeling lagi. Nggak terlalu jauh dari Banda Neira. Spot terakhir untuk hari ini nggak kalah bagus, tapi airnya sedikit lebih butek rasanya kalau di foto. Pulang dari snorkeling terakhir inilah telinga sebelah kiriku mulai budeg. Agaknya aku terlalu semangat menyelam…

DAY 4 – 20 November 2018

Hari ke-4 dimulai dengan kunjungan ke Desa Lonthor, Pulau Banda Besar. Sekitar seminggu sebelum kedatangan kami ke sini, ada festival cuci parigi (sumur) pusaka. Katanya, acara meriah banget, sampai desa ini penuh. Di tengah-tengah desa ini memang ada sumur tua yang cukup besar.

Menaiki 175 anak tangga menuju Desa Lonthoir
Gunung Api Banda, dilihat dari Desa Lonthoir, Pulau Banda Besar

Kami melanjutkan jalan-jalan ke pemakaman Belanda yang dulu tinggal di daerah ini, dan ke kebun pala. Jalan-jalan kami ditemani oleh guide setempat yang sehari-harinya berprofesi sebagai petani pala. Kami disuguhi teh dan kopi pala untuk dinikmati sambil makan siang.

Menikmati kopi pala langsung di kebun pala

Setelah jalan-jalan di Pulau Banda Besar, kami lanjut snorkeling di bawah Gunung Api Banda. Berhubung kondisi telinga yang lagi budeg-budegnya, tadinya sempat nggak kepingin nyelam lagi, takut makin parah soalnya. Tapi, akhirnya sih tetap nyelam lagi karena lihat air lautnya yang bersih. Bikin penasaran!

Sambil istirahat, kami menikmati air kelapa langsung dari batoknya. Tanpa sedotan atau apapun, dikokop langsung aja dari batoknya, hahaha.

Berhubung gelombang air laut makin tinggi, kami batal snorkeling di spot selanjutnya, dan kembali ke Bintang Laut Guest House. Mandi, dan jalan-jalan keliling Banda Neira aja.

Lihat-lihat ke dalam rumah pengasingan Bung Hatta
Fort Belgica
Pemandangan Fort Belgica dan Gunung Api Banda, seperti yang di mata uang Rp1.000

Kami mampir ke rumah pengasingan Bung Hatta di sini, lalu lanjut ke Fort Belgica yang jadi gambar di uang kertas Rp1.000. Benteng ini dulunya dibangun oleh Portugis, lalu dibangun kembali oleh VOC. Sayangnya, benteng ini nggak buka sampai malam, jadi kami nggak bisa menikmati matahari terbenam dari sini.

Jalan-jalan dilanjutkan ke rumah budaya yang nggak jauh dari pelabuhan, lalu akhirnya kami bersantai di bandara sambil menikmati matahari terbenam. Bandara di Banda Neira ini emang nggak terlalu aktif, hanya ada pesawat kecil dari Ambon yang datang. Itu juga jarang, mungkin sekitar seminggu sekali saja. Jadi sehari-harinya landasan pesawat di bandara ini banyak dipakai buat nongkrong.

Main-main di landasan udara Banda Neira
Niatnya menikmati sunset, tapi terlalu nikmat sampai pas mau foto udah tenggelam banget, haha.

DAY 5 – 21 November 2018

Tidak banyak yang kami lakukan hari ini. Cuma beres-beres saja, karena kapal menuju Ambon akan berangkat sekitar jam 9 pagi. Ada sedikit rasa sedih sewaktu mau meninggalkan Banda Neira. Terlalu banyak cinta yang kami tinggalkan di sini.

Kembali kami naiki kapal Bahari Express tujuan Ambon, lalu duduk di tempat yang sesuai dengan tiket. Tidak lupa minum antimo sebelum mulai perjalanan, supaya bisa tidur di kapal dan tahu-tahu sampai di Ambon. Perjalanan bebas mabuk~

Sampai di Pelabuhan Tulehu Ambon sekitar pukul 16:00. Pihak dari Fun Adventure sudah menyiapkan beberapa mobil untuk kami. Sebagian melanjutkan perjalanan langsung ke bandara, sebagian lagi extend liburan di Ambon.

Aku? Salah satu yang extend di Ambon dong. Sayangnya, Aris nggak bisa ikut extend bersama kami, karena jatah cuti nggak mencukupi. Cerita tentang jalan-jalan di Ambon akan aku lanjutkan di blog post lainnya ya~

——————————————————————————–

FAQ Tentang Open Trip Banda Neira

Pemandangan dari atas Fort Belgica

Q: Pakai trip apa?
A: Aku memakai trip dari Fun Adventure (@funadventure_). Ke Banda Neira ini cuma ada beberapa trip aja dalam setahun, jadi kalau memang mau ke sini, harus planning dari jauh-jauh hari. Agak susah kalau dadakan.

Q:  Bisa pakai koper ke Banda Neira? Atau harus backpack?
A: Bisa! Aku pakai koper kok. Kebetulan semua jalur di sini ramah koper. Termasuk buat naik ke kapalnya.

Q: Foto-foto di atas pakai kamera apa?
A: Fujifilm XT10 untuk foto di darat. Fujifilm FinePix XP130 dan GoPro Hero4 untuk underwater.

Q: Berapa harga tiket pesawat ke Ambon waktu itu?
A: PP sekitar Rp3.000.000. Waktu itu manfaatin cashback di Tokopedia sebesar Rp400.000. Setiap beli tiket Rp1.500.000 dapat cashback Rp200.000, jadi tiket pergi dan pulang terpisah belinya.

Q: Berapa harga open trip ke Banda Neira?
A: Harga trip bulan November 2018 waktu itu adalah Rp3.725.000, bisa dicicil beberapa kali.

Q: Fasilitas apa aja yang didapat dari Bintang Laut Guest House?
A: Handuk, AC, kamar mandi dalam, TV, dan WiFi

Q: Bulan November kan musim hujan, gimana cuaca selama di sana?
A: Alhamdulillah, selama 5 hari selalu cerah! Beberapa spot sih udah sulit buat snorkeling karena gelombangnya udah tinggi. Tapi katanya musim hujan di sana baru mulai sekitar bulan Desember sampai dengan Imlek.

Yuk, main ke Banda Neira!

Kalau ada yang mau ditanyakan selain FAQ ini, boleh komentar di bawah, atau DM via Instagram aku @margaapsari ya!

Terima kasih banyak sudah membaca, semoga kalian juga tertarik untuk main-main ke Banda Neira dan merasakan keseruan yang aku rasakan di sini!

——————————————————————————–
Let’s connect! 
I don’t bite 😀
Facebook | Twitter | Instagram

***
Thank you for reading,
See you on the next post!