Biaya mungkin jadi persoalan yang paling ribet selama persiapan pernikahan. Sebenarnya ya bisa aja kalau mau nikah murah, di KUA aja akadnya. Katanya malah kalau akadnya pas weekday, bisa gratis. Kalau weekend pun cukup Rp600.000 saja.
Let’s agree to disagree, buat beberapa orang mungkin nggak cukup nikah akad di KUA aja. Pengennya ada pesta resepsi. Anggap aja semacam syukuran hari bahagia bareng orang-orang terdekat. Aku salah satunya yang kepingin bikin pesta resepsi pernikahan.
Nggak perlu mewah, yang penting layak. Begitulah prinsipku mengenai sebuah pesta pernikahan.
Di blog post kali ini, aku mau bahas pengalaman menabung untuk pernikahan. Buat beberapa orang terdekat mungkin udah tau, kalau pernikahanku biayanya dari aku & suami.
Menabung untuk Menikah, Susah Nggak Sih?
Alhamdulillah, kami sama-sama bekerja full-time di sebuah kantor Jakarta. Menurut pengalamanku sendiri, menabung untuk menikah itu susah, tapi bukan mustahil untuk dilakukan. Apalagi kalau udah ada niatnya.
Kurang lebih, beginilah tipsnya
1. Rencanain Budget Sesuai Kemampuan
Jangan sampe demi gengsi nikahan yang ‘wah’, jadi harus ngutang kiri-kanan ya. Nikahan ala-ala Bride Story emang cantik & memorable banget. Tapi kalau budget biayanya dirasa terlalu mencekik, ya turunkanlah ekspektasimu...
Aku sendiri pernah kok cek-cek vendor kece yang sering di-highlight di Bride Story, bahkan datang ke pamerannya di ICE BSD beberapa waktu lalu. Tapi pas liat biayanya… Wadidaw! Rasanya belum rela ngeluarin uang ‘segitu’ untuk pesta pernikahan. Nggak apa-apa kok, emang berarti aku bukan target pasarnya vendor-vendor Bride Story aja :))
Setelah diskusi panjang dan lihat pengalaman beberapa kerabat, akhirnya aku & Imam berhasil membuat keputusan budget yang kami mampu keluarkan untuk pernikahan ini. Kami menuliskan budget pernikahan di Google Sheet supaya bisa sama-sama tau update terbarunya. Mulai dari lamaran, seserahan, katering, sampai dengan akomodasi keluarga.
2. Catat Penghasilan & Pengeluaran Sebulan Secara Detail
Pengeluaran kami kurang-lebih ya untuk jajan, transport, pulsa, paket data, bayar kosan, nyalon, dan lain-lain. Imam ditambah tagihan CC, kalau aku ditambah cicilan mobil (FYI, ini mobil second & cicilannya bagi 2 dengan kakak, jadi nggak memberatkan).
Kurang lebih pengeluaranku sebulan itu sekitar 70-80% dari penghasilan bulanan(yang nggak nyampe 2 digit). Di masa-masa menabung ini, aku bekerja di perusahaan yang menyediakan makan siang dan malam, jadi lumayan bisa berhemat. Kalau sekarang, bawa bekal sendiri dari rumah buat menekan pengeluaran~
Setelah mencatat kira-kira berapa pengeluaran sebulan, aku & Imam buat budgetingmasing-masing setiap bulan. Ini bikin kami jadi bisa kontrol uang masing-masing. Misalnya budget nyalon bulan ini udah limit, ya udah ga bisa nyalon lagi. Kalau butuh potong rambut ya kudu bulan depan, atau potong sendiri aja di rumah. Kalau kepepet ya potong budget jajan, biar bisa nyalon. Gitu
Oh iya, jangan lupa untuk catat pengeluaran zakat tiap bulannya ya. 2,5% dari gaji aja kok. Kalau mau zakat online yang gak pake ribet, bisa coba di Bukalapak atau Tokopedia.
3. Selisih Pemasukan & Pengeluaran Dijadikan Tabungan
Kalau pengeluarannya sekitar 70-80% dari gaji, berarti 20-30%-nya bisa dijadikan tabungan menikah. Lumayan banget, gaes~
Kalau rencana menikah masih agak lama (atau calonnya juga belum ada, tapi udah pengen nabung), bisa bikin deposito dari uang tabungannya. Aku dulu nggak pakai deposito sih, karena cuma tau nabung konvensional di bank aja :)) Selain deposito, bisa juga nabung saham, emas, reksadana, atau SBN-nya Kemenkeu.
4. Cari Kerja Sampingan
Ini dia salah satu kunci menabung untuk pernikahan ala aku. Kerjaanku sebenarnya nggak cuma full-time yang kantoran aja, tapi aja juga freelance kiri-kanan. Biasanya manage KOL untuk brand, jadi content writer di beberapa situs, dan sebagai blogger juga~
Hasil gaji dari kerja sampingan ini langsung masuk ke dana tabungan pernikahan. Tentu setelah dipotong 2.5% buat zakat penghasilan ya!
Selama ada kemauan, pasti ada jalannya. Apalagi menikah itu adalah perbuatan baik. Jadi pasti ada aja kok jalannya. Kalau aku ya alhamdulillah, rezeki datang melalui kerja sampingan gini. Asal jangan lupa sama kerjaan full-time aja, itu tetap harus jadi fokus utama.
5. Konsisten Menabung
Agak susah kalau niat menabung untuk menikah ini masih setengah-setengah. Kalau udah commit di awal buat nabung, ya jalanin aja sampai targetnya tercapai. Sebenarnya angkanya nggak perlu selalu besar angkanya, yang penting konsisten aja terus nabung. Karena yang terpenting adalah menciptakan kebiasaan menabungnya dulu.
Alhamdulillah, dengan tabungan sendiri ini, 6 April 2019 kemarin, aku & Imam berhasil melangsungkan pernikahan. Tidak mewah sebenarnya, tapi kami sangat puas dengan hasilnya!
Kalau ada yang mau ditanyakan soal menabung untuk pernikahan ini, boleh banget tulis di kolom komentar bawah atau DM Instagram-ku @margaapsari.
Nanti informasi soal vendor-vendor pernikahan akan aku bahas di blog post selanjutnya ya~
——————————————————————————–
Let’s connect! I don’t bite 😀
Facebook | Twitter | Instagram
***
Thank you for reading,
See you on the next post!